Potensi Kesepakatan Gencatan Senjata |
Kairo/Jakarta – 5 Juli 2025 — Surya diplomasi tengah memuncak di Timur Tengah dengan munculnya proposal gencatan senjata selama 60 hari di Gaza, dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir. Tawaran ini mendapat respon positif dari Hamas, yang menyatakan kesediaannya untuk negosiasi implementasi. Sementara itu, Israel tengah meninjau tanggapan Hamas terkait skema proposal tersebut.
Isi Rencana Gencatan Senjata 60 Hari
- Durasi: 60 hari sebagai fase awal.
- Pertukaran sandera: 10 sandera hidup & 18 jenazah Israel dilepaskan bertahap.
- Akses bantuan: Ditingkatkan, difasilitasi oleh PBB dan Palang Merah Qatar/Mesir.
- Kondisi lanjutan: Pembicaraan lanjutan untuk gencatan permanen termasuk penarikan pasukan dan disarmament Hamas.
Respon Hamas & Israel
- Hamas: Positif dan akan memasuki negosiasi segera, menyebut proposal ini sebagai "dalam semangat positif" .
- Israel: Tengah meninjau tanggapan Hamas lewat mediasi tiga pihak, namun masih mempertahankan syarat seperti disarmament dan jaminan keamanan.
Peran Pihak Ketiga
- AS, Qatar, Mesir: Berperan sebagai mediator utama untuk memfasilitasi pertukaran sandera dan bantuan kemanusiaan.
- PBB & Uni Eropa: Mendukung penuh, siap memperkuat akses kemanusiaan dan pemantau pelaksanaan.
- Saudi Arabia: Menegaskan prioritasnya pada gencatan permanen sebelum normalisasi hubungan dengan Israel.
Tantangan & Risiko
- Hamas masih meminta kejelasan penarikan pasukan Israel dan akses kemanusiaan penuh.
- Israel tetap belum menyetujui gencatan permanen tanpa disarmament Hamas.
- Dua pihak masih memiliki perbedaan besar terkait timeline dan kondisi lanjutan, membuat kesepakatan masih rawan tertunda.
Dampak Potensial
- Jika disepakati, 60 hari gencatan memungkinkan:
- Akses kemanusiaan pulih,
- Kesepakatan sandera dicapai,
- Peluang perdamaian jangka panjang terbuka.
- Jika gagal, konflik kemungkinan berlanjut, menyebabkan:
- Lebih banyak kematian sipil,
- Kerusakan infrastruktur berkelanjutan,
- Krisis medis & pangan yang makin parah.