BUMI |
Jakarta, 13 Juni 2025 - Bulan Mei 2025 resmi tercatat sebagai bulan Mei terpanas kedua sepanjang sejarah menurut laporan terbaru dari Copernicus Climate Change Service (C3S), badan pemantau iklim Uni Eropa.
Menurut data tersebut, suhu rata-rata global pada Mei 2025 mencapai 15,9°C, hanya terpaut tipis dari rekor sebelumnya yang tercipta pada Mei 2024. Ini merupakan bagian dari tren pemanasan global yang terus meningkat akibat kombinasi perubahan iklim jangka panjang dan fenomena El Niño.
Dampak Cuaca Ekstrem Global:
- Eropa Selatan: Suhu naik 4–5°C di atas rata-rata normal.
- Asia Selatan dan Tenggara: Beberapa kota di India, Thailand, dan Indonesia mencatat suhu harian di atas 40°C.
- Amerika Serikat: Negara bagian barat mengalami gelombang panas awal yang memperburuk kekeringan.
Faktor Pemicu:
- Perubahan iklim akibat emisi karbon dari aktivitas manusia masih menjadi penyebab utama.
- Fenomena El Niño meningkatkan suhu laut dan atmosfer secara signifikan.
- Lautan global juga mencatat suhu permukaan tertinggi dalam sejarah pemantauan.
Implikasi Serius:
- Peningkatan risiko kebakaran hutan di berbagai wilayah tropis.
- Lonjakan konsumsi energi akibat penggunaan pendingin udara.
- Ancaman serius terhadap kesehatan manusia, terutama lansia dan anak-anak.
Tanggapan Ilmuwan:
Para ilmuwan iklim memperingatkan bahwa dunia kini bergerak menuju kondisi iklim yang makin tidak stabil. Jika tren emisi karbon tidak ditekan secara signifikan, maka tahun-tahun mendatang bisa memecahkan lebih banyak rekor suhu ekstrem.