Gaza, 20 Mei 2025 — Konflik berkepanjangan di Jalur Gaza kembali memanas. Dalam 24 jam terakhir, militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah padat penduduk, menewaskan setidaknya 50 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Situasi ini memicu reaksi keras dari komunitas internasional, yang semakin tidak sabar terhadap eskalasi kekerasan tanpa arah penyelesaian.
Serangan Bertubi-tubi di Wilayah Sipil
Menurut laporan media lokal dan saksi mata, rudal-rudal Israel menghantam pemukiman warga, rumah sakit, dan infrastruktur sipil lainnya. Warga sipil tidak memiliki tempat berlindung yang aman, karena sebagian besar wilayah Gaza sudah hancur atau tanpa akses ke listrik dan air bersih.
“Yang kami dengar hanya suara ledakan. Setiap malam terasa seperti hari terakhir,” ujar seorang warga Gaza dalam wawancara dengan media internasional.
Kecaman Dunia: Inggris, Prancis, dan Kanada Ancam Tindakan Konkret
Tiga negara besar—Inggris, Prancis, dan Kanada—mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan militer Israel. Mereka memperingatkan bahwa jika serangan tidak dihentikan dan akses bantuan kemanusiaan tidak dibuka segera, mereka akan mengambil "tindakan konkret", meskipun belum dijelaskan bentuknya secara rinci.
Pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan serangan ini sebagai bagian dari “langkah pengamanan nasional” dan mengklaim bahwa target utama adalah fasilitas militer Hamas. Namun, korban terbesar tetap warga sipil yang tak bersenjata.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Dengan meningkatnya jumlah korban dan keterbatasan fasilitas medis, organisasi internasional memperingatkan bahwa Gaza sedang menuju bencana kemanusiaan. Rumah sakit kehabisan obat, tenaga medis bekerja tanpa henti, dan akses bantuan terhambat akibat blokade.
Palang Merah Internasional dan organisasi bantuan lainnya menyerukan gencatan senjata segera agar pasokan makanan, air, dan obat-obatan bisa masuk.
Catatan Penutup
Tragedi kemanusiaan di Gaza bukan hanya soal politik atau militer. Ini tentang ribuan keluarga yang kehilangan tempat tinggal, anak-anak yang tumbuh dalam ketakutan, dan masyarakat yang hidup di bawah bayang-bayang kehancuran.
Sebagai warga dunia, penting untuk terus menyuarakan solidaritas dan mendorong perdamaian yang berkeadilan. Krisis ini bukan sekadar headline—ini adalah nyawa manusia yang sedang dipertaruhkan.